Stres dapat memotivasi individu untuk mengambil langkah-langkah tertentu guna meredakan tekanan yang dirasakan. Strategi yang dipilih biasanya disesuaikan dengan situasi dan tujuan, baik untuk jangka pendek maupun panjang. Strategi adaptif seringkali efektif dalam jangka pendek karena membantu individu tetap menjalani kehidupan tanpa langsung menghadapi sumber stres. Sebaliknya, untuk jangka panjang, upaya mengenali dan menerima masalah menjadi lebih bermanfaat (Santrock, 2011).
Secara umum, terdapat dua jenis coping yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (1984; dalam Santrock, 2011), yaitu:
-
Problem-focused coping: Mengarahkan upaya pada penyelesaian masalah atau situasi yang menyebabkan stres.
-
Emotional-focused coping: Berfokus pada pengelolaan emosi atau reaksi emosional yang timbul akibat stres.
Pendekatan ini dikembangkan lebih lanjut oleh Wortman (1999; dalam Thomas, 2008), yang membagi strategi coping menjadi dua, yaitu:
-
Problem-directed coping, yakni menghadapi stres secara langsung dengan menyelesaikan masalah yang menjadi penyebabnya. Strategi ini meliputi konfrontasi langsung (confrontational), mencari dukungan sosial (seeking social support), dan pemecahan masalah yang terencana (planful problem solving).
-
Emotional-directed coping, yang bertujuan mengelola aspek emosional untuk mengurangi tekanan. Teknik ini mencakup penilaian ulang (reappraisal), menjaga jarak dari sumber stres (distancing), pengendalian diri (self-control), pelarian atau penghindaran (escape/avoidance), serta introspeksi dan menerima tanggung jawab (accept responsibility).
Penjelasan Strategi Coping
-
Problem-focused coping: Menggunakan pendekatan langsung untuk menghadapi sumber stres. Strategi ini mencakup langkah-langkah sistematis dalam menyelesaikan masalah.
-
Seeking social support: Meminta dukungan dari orang-orang terdekat untuk mendapatkan semangat atau solusi.
-
Reappraisal: Melihat situasi yang menimbulkan stres dari sudut pandang yang berbeda untuk meminimalkan dampaknya.
-
Self-control: Mengendalikan emosi agar tidak memengaruhi pikiran dan tindakan secara negatif.
-
Escape/avoidance: Menghindari atau melarikan diri dari situasi stres, meskipun ini sering dianggap sebagai strategi maladaptif.
-
Positive thinking: Memelihara pola pikir optimis bahwa situasi akan membaik.
Menurut Santrock (2011), coping stress juga dapat melibatkan kombinasi berbagai strategi, seperti:
-
Religi: Mengandalkan kepercayaan untuk memberikan ketenangan.
-
Perilaku asertif: Mengekspresikan perasaan atau kebutuhan dengan cara yang sehat.
-
Manajemen stres: Belajar mengidentifikasi sumber stres dan menerapkan teknik relaksasi untuk menghadapinya.
Penelitian oleh Fanshawe dan Burnett (1991) mengidentifikasi empat strategi coping tambahan:
-
Negative avoidance: Menghindari stres melalui perilaku negatif, seperti merokok atau konsumsi alkohol.
-
Marah: Melampiaskan stres kepada orang lain.
-
Positive avoidance: Mengalihkan perhatian dengan aktivitas positif yang tidak berkaitan langsung dengan pemecahan masalah.
-
Komunikasi keluarga: Mendiskusikan masalah bersama keluarga untuk mencari solusi dan dukungan.
Sebagai bagian dari pusat asesmen Indonesia, biro psikologi Smile Consulting Indonesia menghadirkan solusi asesmen psikologi dan psikotes online berkualitas tinggi untuk kebutuhan evaluasi yang komprehensif. Pendekatan ini bertujuan membantu individu memahami dan memilih strategi coping yang paling sesuai untuk menghadapi tekanan hidup.
Pada akhirnya, penggunaan kombinasi strategi coping seringkali lebih efektif dibandingkan hanya menggunakan satu strategi saja. Dengan pendekatan yang tepat, individu dapat lebih cepat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.