Memuat...
08 December 2025 14:32

Grit Scale: Mengukur Ketangguhan Mental dan Ketekunan Menuju Tujuan

Bagikan artikel

Apa yang Membuat Seseorang Bisa Bertahan Lebih Lama?

Bayangkan dua orang yang sama-sama cerdas, sama-sama memiliki kesempatan, tetapi hanya satu yang berhasil mencapai tujuannya. Bukan karena dia lebih pintar, melainkan karena dia tidak mudah menyerah. Ia terus mencoba meski gagal, tetap berusaha meski hasilnya belum tampak. Inilah esensi dari grit, sebuah kualitas yang mungkin lebih menentukan kesuksesan seseorang dibanding sekadar bakat atau kecerdasan.

Dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, banyak dari kita terbiasa ingin hasil instan. Ketika usaha pertama gagal, sering kali muncul pikiran, “Mungkin ini bukan jalanku,” lalu kita berhenti. Namun menurut psikolog Angela Duckworth, yang memperkenalkan konsep grit, keberhasilan besar justru lahir dari mereka yang bertahan cukup lama untuk tumbuh dari kegagalan-kegagalan kecil.

 

Apa Itu Grit?

Secara sederhana, grit berarti ketekunan dan semangat jangka panjang untuk mencapai tujuan. Duckworth mendefinisikan grit sebagai kombinasi dari dua hal penting:

  1. Perseverance of effort, kemampuan untuk terus berusaha walau mengalami hambatan.

  2. Consistency of interest, komitmen terhadap satu tujuan dalam jangka panjang, bukan mudah berpindah arah setiap kali bosan atau sulit.

Melalui Grit Scale yang ia kembangkan, Duckworth berusaha mengukur sejauh mana seseorang mampu mempertahankan usahanya dan minatnya dalam jangka panjang. Skala ini bukan menilai “seberapa cepat kamu berhasil,” melainkan “seberapa kuat kamu bertahan saat proses menjadi berat.”



Mengapa Grit Penting di Dunia Pendidikan dan Karier

Dalam konteks pendidikan, grit sering kali menjadi pembeda antara siswa yang hanya pintar belajar dan siswa yang benar-benar bertumbuh. Seorang pelajar dengan grit tinggi mungkin tidak selalu mendapat nilai tertinggi, tapi ia memiliki dorongan untuk memperbaiki diri, mencari strategi baru, dan tetap mencoba. Ia memahami bahwa hasil besar membutuhkan waktu.

Begitu pula di dunia kerja, terutama pada generasi muda yang menghadapi tekanan produktivitas tinggi dan ketidakpastian karier. Banyak karyawan muda yang merasa cepat lelah, kehilangan arah, atau mudah menyerah ketika tidak segera melihat hasil. Di sinilah grit berperan: ia membantu seseorang melihat proses sebagai bagian dari pencapaian, bukan sebagai tanda kegagalan.

Grit bukan hanya tentang kerja keras tanpa henti, melainkan tentang ketekunan yang disertai makna dan terus berjuang karena kamu tahu mengapa kamu melakukannya.

 

Generasi Muda dan Tantangan “Mudah Menyerah”

Fenomena easily giving up bukan hal yang aneh di era sekarang. Tekanan sosial dari media, ekspektasi tinggi, dan perbandingan konstan membuat banyak anak muda merasa “harus cepat sukses.” Namun ketika kenyataan tidak seindah rencana, muncul perasaan tidak cukup, tidak berbakat, dan akhirnya menyerah. Angela Duckworth menyebut bahwa grit bukan bawaan lahir, tetapi bisa dilatih. Ketekunan tumbuh ketika seseorang belajar melihat kegagalan sebagai bagian dari perjalanan, bukan akhir dari cerita. Di sinilah pendidikan, baik formal maupun informal, perlu berperan: menumbuhkan mindset berkembang (growth mindset) yang mengajarkan bahwa kemampuan bisa diasah lewat usaha dan waktu.



Apa yang Diukur oleh Grit Scale?

Grit Scale berisi serangkaian pernyataan yang menilai dua hal utama: seberapa konsisten seseorang terhadap tujuannya, dan seberapa kuat ia bertahan menghadapi tantangan. Contohnya, peserta akan menilai seberapa setuju mereka dengan pernyataan seperti:

“Saya menyelesaikan apa yang sudah saya mulai.”
“Saya jarang kehilangan minat pada proyek atau tujuan jangka panjang.”
“Saya tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.”

Skor dari skala ini dapat membantu seseorang memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dalam hal ketekunan dan komitmen diri. Dalam konteks asesmen psikologis, Grit Scale sering digunakan di bidang pendidikan, karier, hingga pelatihan pengembangan diri.

 

Bagaimana Grit Berbeda dari Motivasi Biasa?

Motivasi sering kali datang dan pergi tergantung suasana hati. Sedangkan grit adalah keteguhan hati yang tetap bertahan bahkan ketika semangat sudah menurun. Seseorang yang punya grit tidak sekadar termotivasi untuk memulai, tetapi juga berkomitmen untuk menyelesaikan bahkan saat prosesnya membosankan, hasilnya belum terlihat, atau orang lain sudah berhenti.

Inilah mengapa orang yang punya grit sering dianggap “tenang tapi berbahaya”, mereka mungkin tidak mencolok di awal, tapi konsistensi mereka membuat hasilnya nyata dalam jangka panjang.

 

Cara Menumbuhkan Grit dalam Kehidupan Sehari-hari

Grit bisa dilatih, seperti otot yang makin kuat ketika sering digunakan. Berikut beberapa cara sederhana:

  1. Tetapkan tujuan jangka panjang yang bermakna. Pilih sesuatu yang benar-benar kamu pedulikan, bukan sekadar populer atau diharapkan orang lain. Makna akan menjaga semangatmu tetap hidup.

  2. Hadapi kegagalan sebagai guru. Setiap kegagalan memberi petunjuk tentang cara baru untuk mencoba lagi. Catat apa yang bisa kamu pelajari, bukan apa yang salah.

  3. Bangun rutinitas kecil yang konsisten. Grit bukan tentang ledakan energi, melainkan tentang langkah-langkah kecil yang dilakukan terus-menerus.

  4. Kelilingi diri dengan orang tangguh. Lingkungan yang mendukung dan penuh dorongan positif bisa menular, membuat kita lebih gigih ketika ingin menyerah.

  5. Rayakan proses, bukan hanya hasil. Menghargai setiap kemajuan kecil membantu otak merasa berhasil, yang memperkuat keinginan untuk terus berjuang.

Ketangguhan: Fondasi untuk Masa Depan yang Tidak Pasti

Di dunia yang terus berubah cepat, kemampuan bertahan dan beradaptasi menjadi aset paling berharga. Grit mengajarkan bahwa kesuksesan tidak lahir dari sekali menang, tetapi dari ribuan upaya yang tidak berhenti di tengah jalan. Mungkin kamu belum sampai pada tujuanmu, tapi jika kamu masih berjalan, kamu sedang membangunnya.

Seperti yang dikatakan Angela Duckworth:

Grit bukan tentang seberapa kuat kamu memulai, tetapi seberapa lama kamu bisa bertahan.”

Biro psikologi Smile Consulting Indonesia menyediakan jasa psikotes untuk berbagai kebutuhan asesmen psikologi, baik untuk individu maupun perusahaan. Layanan kami dirancang untuk memberikan hasil yang akurat dan terpercaya.

 

 

Referensi

Duckworth, A. L. (2016). Grit: The Power of Passion and Perseverance. New York: Scribner.

Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit: Perseverance and passion for long-term goals. Journal of Personality and Social Psychology, 92(6), 1087–1101.

Eskreis-Winkler, L., Shulman, E. P., Beal, S. A., & Duckworth, A. L. (2014). The grit effect: Predicting retention in the military, the workplace, school and marriage. Frontiers in Psychology, 5, 36.

 

Bagikan