Keterbukaan diri (self-disclosure) adalah salah satu fondasi penting dalam membangun hubungan yang sehat dan dekat. Saat seseorang berani membagikan pikiran, perasaan, atau pengalaman pribadinya, kepercayaan dan keintiman biasanya ikut tumbuh. Namun, bagaimana cara psikologi mengukur sejauh mana seseorang terbuka terhadap orang lain?
Salah satu instrumen yang paling berpengaruh adalah Jourard Self-Disclosure Questionnaire (JSDQ), yang dikembangkan oleh Sidney Jourard pada awal 1970-an.
Apa itu JSDQ?
JSDQ dirancang untuk menilai seberapa banyak informasi pribadi yang dibagikan individu kepada orang-orang penting dalam hidup mereka, seperti orang tua, sahabat, atau pasangan.
Responden diminta menilai sejauh mana mereka mengungkapkan berbagai topik, misalnya:
-
Hobi dan aktivitas
-
Pandangan atau opini
-
Pengalaman masa lalu
-
Perasaan pribadi
-
Masalah yang sedang dihadapi
Semakin banyak topik pribadi yang diungkapkan, semakin tinggi tingkat keterbukaan diri yang tercermin.
Mengapa Penting?
Penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan diri berperan besar dalam:
-
Membangun keintiman: hubungan dekat biasanya lahir dari proses saling berbagi.
-
Meningkatkan kepercayaan: disclosure menumbuhkan rasa aman dan kedekatan emosional.
-
Menjaga kesehatan mental: berbagi pengalaman pribadi dapat mengurangi beban psikologis.
Instrumen seperti JSDQ membantu peneliti maupun praktisi memahami pola komunikasi interpersonal serta faktor-faktor yang memengaruhi relasi sosial.
Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan:
-
Sederhana dan mudah digunakan.
-
Memberikan gambaran luas tentang keterbukaan diri di berbagai konteks sosial.
Keterbatasan:
-
Lebih fokus pada jumlah topik yang diungkap, belum sepenuhnya menangkap kedalaman emosi dari disclosure.
-
Bersifat self-report, sehingga rentan bias sosial (jawaban dibuat agar terlihat baik).
Meskipun sudah tergolong instrumen klasik, Jourard Self-Disclosure Questionnaire tetap menjadi dasar penting dalam penelitian komunikasi interpersonal dan psikologi sosial. Instrumen ini membantu kita memahami bahwa keterbukaan bukan hanya sekadar “cerita-cerita ringan”, melainkan sebuah indikator kedekatan emosional dan kesehatan hubungan manusia.
Biro psikologi Smile Consulting Indonesia menyediakan jasa psikotes untuk berbagai kebutuhan asesmen psikologi, baik untuk individu maupun perusahaan. Layanan kami dirancang untuk memberikan hasil yang akurat dan terpercaya.
Referensi :
Jourard, S. M. (1971). Self-disclosure: An experimental analysis of the transparent self. John Wiely and Sons.
Miller, L. C., Berg, J. H., & Archer, R. L. (1983). Openers: Individuals who elicit intimate self-disclosure. Journal of personality and social psychology, 44(6), 1234.
Wheeless, L. R., & Grotz, J. (1976). Conceptualization and measurement of reported self‐disclosure. Human communication research, 2(4), 338-346.